Awesome Image

Belajar sambil Bermain, Berimajinasi melalui Plastisin

SEKOLAH PROGRESIF - Sarana dan prasarana tentu suatu komponen penting dalam kegiatan pembelajaran. Sarana dan prasarana yang tepat dapat membantu guru menyampaikan materi dan memudahkan siswa memiliki pengalaman belajar yang baik pada proses belajarnya. Namun, acapkali seorang guru memiliki kendala dalam persiapan maupun pelaksanaannya.

     Pada mata pelajaran Biologi yang saya ajar, ada beberapa materi yang kompetensi dasarnya adalah mengenalkan makhluk hidup dari yang terkecil dan tidak kasat mata seperti bakteri hingga yang besar dan dapat kita temui sehari-hari seperti tumbuhan maupun hewan. Tentu tidak mudah untuk dapat mengenalkan makhluk ciptaan Allah yang luar biasa tersebut tanpa bantuan seperti alat laboratorium yang mumpuni atau eksplorasi keluar seperti ke kebun binatang atau kebun raya.

     Menghadirkan bakteri pada kelas juga bukan suatu hal yang sederhana, perlu waktu dan proses yang panjang untuk mengkultur/mengembangbiakkan bakteri hingga membentuk koloni dan mengamatinya. Belum lagi jika harus terjadi kesalahan teknis seperti kontaminasi dan tidak tumbuh. Keterbatasan tersebut memberikan saya ide untuk ‘menghadirkan’ bakteri tanpa harus mengkulturnya di laboratorium yang steril, yaitu melalui plastisin.

      Pertama kali saya menunjukkan plastisin di dalam kelas, siswa sangat sumringah seperti “waah, kita mau main-main ya, Ustadzah” atau ada juga yang memiliki respon,”asyik, jadi anak TK lagi” tentu ini menjadi semangat sekaligus catatan untuk saya. Jika kita sebagai guru kurang tegas serta tidak memberi tugas dan tujuan dengan jelas, pasti siswa hanya akan bermain-main dengan plastisinnya seperti anak TK padahal mereka sudah berada di jenjang yang lebih tinggi. Selain itu materi Bakteri yang akan dipelajari juga tidak akan efektif.

     Akhirnya, pada awal pembelajaran kami membuat kesepakatan DO and DON’T yaitu apa saja yang harus mereka lakukan dan apa yang tidak boleh mereka lakukan. Sebenarnya saya ingin membuat peraturan namun jika seperti itu terkesan kaku sehingga saya menerapkan DO and DON’T tersebut agar lebih fleksibel dan tidak mengikat. DO berisi hal-hal yang harus dipelajari antara lain:

1.    Mempelajari bentuk dan koloni bakteri

2.    Duduk berkelompok beranggotakan 5 siswa dan nama kelompok adalah nama salah satu bakteri

3.    Membuat bentuk bakteri seperti literatur namun sesuai dengan imajinasi masing-masing minimal 5 bentuk tiga dimensi

4.    Mengerjakan dalam waktu 30 menit

5.    Memberi alas pada tempat kerja agar meja atau lantai tidak kotor

6.    Memamerkan hasil karya pada meja yang telah disediakan

Tentu hal ini diimbangi dengan DON’T yang berisi:

1.    Mencampur warna plastisin

2.    Membuat bentuk diluar literatur Bakteri yang ada

3.    Mengerjakan melebihi batas waktu yang diberikan

4.    Mengotori tempat kerja

            Sebelum membuat bentuk bakteri, setiap kelompok memberi nama kelompok mereka dengan nama salah satu bakteri. Kemudian kelompok tersebut menceritakan mengapa mereka memilih nama tersebut dan mendeskripsikan bakteri tersebut seperti bentuknya, habitatnya dan fungsinya dengan menceritakannya di depan kelas. Ternyata proses ini sangat efektif untuk mencapai kompetensi siswa yang dapat mendeskripsikan struktur dan fungsi bakteri tanpa harus menghafal karena mereka ‘merasa memiliki’ bakteri tersebut sebagai nama kelompok mereka.

            Proses pembuatan bentuk bakteri pun dimulai, kreatifitas siswa diuji di sini. Pada proses ini saya dapat mengambil suatu asesmen alternatif berupa nilai keterampilan dan sikap berdasarkan observasi kelas yang saya lakukan seperti kemampuan berdiskusi, bekerjasama, disiplin dan tanggung jawab. Setelah produk selesai, saya mengatur kelas untuk dijadikan suatu pameran karya seni dengan meletakkan meja pameran di depan kelas.

            Setelah siswa memamerkan hasil karyanya, setiap kelompok menebak bentuk bakteri seperti Coccus, Staphylococcus, Streptococcus, Bacil, Monobacil, Diplobacil, Spirillum, Sarkina, Vibrio, dan bentuk yang lain. Misalnya kelompok 1 akan menebak bentuk yang dibuat oleh kelompok 2, kelompok 2 menebak bentuk yang dibuat kelompok 3 dan begitu seterusnya. Proses menebak ini dapat kita ambil sebagai poin asesmen pegetahuan sesuai dengan indikator yang telah saya buat. Melalui kegiatan ini saya dapat mengases tiga indikator sekaligus.


Baca Juga : Ponpes Juga Harus Besar Dan Membumi


            Banyaknya istilah bentuk menyusahkan siswa untuk mempelajari materi ini akhirnya mereka cenderung berpikir bahwa Biologi adalah menghafal. Ternyata jika mereka membuat sendiri bentuk tersebut, mereka dapat dengan mudah mengetahui dan ‘mengenal’ sehingga memudahkan juga untuk mempelajari nama bakteri karena terkadang nama Bakteri diberikan sesuai dengan bentuknya, seperti bakteri penyebab radang paru-paru yang berbentuk dua bulatan yang bernama Diplococcus pneumonia yang artinya Diplo adalah dua, coccus adalah bulat dan pneumonia adalah nama penyakitnya. Jika seperti ini tentu sangat memudahkan siswa untuk mempelajari nama-nama ilmiah juga.

            Selain materi Bakteri, kegiatan ini dapat juga diterapkan pada materi yang mempelajari sesuatu yang kasat mata seperti sel dan organelnya. Plastisin dapat membantu siswa berimajinasi dan berkreasi untuk membuat sendiri sesuatu yang akan mereka pelajari namun tetap sesuai dengan konsep. Kekurangan dari media ini adalah butuh persiapan yang matang sehingga waktu yang digunakan maksimal. Jika diterapkan pada kelas yang sangat enerjik butuh pemantauan lebih ketat agar tujuan belajar tetap terpenuhi.